KOMPAS.com - Dalam gelaran ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) 2023, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membidik kerja sama di bidang keuangan berkelanjutan atau sustainable financing.
Selain mendorong transisi ekonomi hijau, tangguh, dan inklusif, penerapan keuangan berkelanjutan juga berperan penting dalam memerangi perubahan iklim.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (Menteri BUMN) Erick Thohir menyebutkan bahwa langkah Mandiri tersebut sejalan dengan salah satu agenda utama dalam AIPF 2023, yaitu infrastruktur hijau dan rantai pasokan yang berketahanan.
Adapun dua agenda utama lainnya adalah transformasi digital serta ekonomi kreatif, berkelanjutan, dan pembiayaan inovatif.
Baca juga: Minim Solusi Inovatif Pemprov DKI Saat Hadapi Buruknya Kualitas Udara Ibu Kota
"Pembicaraan para pemimpin dalam AIPF, diskusi panel, dan pertemuan bisnis, fokus pada tiga bidang penting tersebut," ujar Erick dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (6/9/2023).
Sementara itu, Bank Mandiri sebagai market leader green financing di industri perbankan secara konsisten mengembangkan produk keuangan berkelanjutan, baik dari sisi pembiayaan hijau (green financing) maupun dari sisi pendanaan (sustainable funding).
“Penyaluran green financing ini sekaligus merupakan bentuk dukungan Bank Mandiri terhadap pemerintah menuju ekonomi rendah karbon, di mana penerapannya mengedepankan prinsip-prinsip keuangan berkelanjutan atau environment, social and governance (ESG),” ujar Wakil Direktur Bank Mandiri Alexandra Askandar dalam acara AIPF 2023, Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, hingga semester I-2023, penyaluran portofolio berkelanjutan Bank Mandiri mencapai Rp 242 triliun.
Baca juga: Bank Mandiri Proaktif Lakukan Pengkinian Data Nasabah
Apabila dirinci, pembiayaan untuk kategori hijau mencapai Rp 115 triliun, sedangkan kategori sosial mencapai Rp 127 triliun.
Adapun beberapa sektor yang mendominasi antara lain sektor pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) sebesar Rp 95,6 triliun, energi terbarukan (renewable energy) sebesar Rp 8,9 triliun, eco-efficient products Rp 4,7 triliun, transportasi ramah lingkungan (clean transportation) Rp 3,2 triliun, serta sektor hijau lainnya Rp 2,8 triliun.
Untuk mendukung peningkatan green financing, Bank Mandiri juga terus melakukan pengembangan solusi keuangan berkelanjutan lainnya.
“Bank Mandiri telah membentuk ESG unit yang berfungsi sebagai control tower dalam implementasi aspek berkelanjutan,” jelas Alexandra.
Baca juga: Prinsip ESG Bakal Perkuat Pembiayaan IKN
Bank Mandiri juga telah memiliki ESG financing desk yang mampu menawarkan berbagai solusi keuangan berkelanjutan yang inovatif dalam mengakselerasi ekonomi rendah karbon, seperti green loan, transition financing, serta sustainability linked-loan (SLL).
Untuk mendukung pertumbuhan green financing, Bank Mandiri turut mengembangkan berbagai instrumen pendanaan berkelanjutan.
Pada 4 Juli 2023, Bank Mandiri telah menerbitkan instrumen Green Bond tahap I senilai Rp 5 triliun.
Melihat potensi perdagangan karbon yang cukup besar di Indonesia, pemerintah telah memulai landasan penetapan harga karbon dengan memberlakukan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK) untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC).
“Sampai saat ini, uji coba Sistem Perdagangan Emisi terutama di sektor energi sudah dilakukan dan mekanisme perdagangan karbon di Indonesia direncanakan akan diluncurkan pada akhir 2023, yang diawasi langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” ucap Alexandra.
Dalam rangka mendukung perdagangan karbon, Bank Mandiri secara proaktif berkolaborasi dengan berbagai stakeholders, baik dengan regulator (OJK), kementerian, penyelenggara bursa karbon, maupun lembaga lain yang terkait.
Bank Mandiri siap berperan sebagai penghubung antara pasar keuangan dan tujuan keberlanjutan.
“Sebagai bank pertama yang telah meluncurkan digital carbon tracking di Indonesia, Bank Mandiri berharap dapat berpartisipasi dalam perdagangan karbon dan telah menargetkan nNet Zero Emission (NZE) secara operasional pada 2030,” imbuh Alexandra.
Alexandra memaparkan, Bank Mandiri telah berhasil mengurangi jejak karbon setiap tahunnya.
Pada 2020, Bank Mandiri telah mengurangi sebesar 46.261 ton karbon dioksida (tCO2e). Kemudian pada 2021 sebesar 47.328 tCO2e, dan pada 2022 sebesar 59.076 tCO2e.
Baca juga: Raih ISO 9001:2015, Crona Perkasa Solusindo Siap Jangkau Pasar Ekspor
Mengadopsi International Organization for Standardization (ISO) 14064-1,2,3 dan Green Gas House (GHG) Protocol Standard, perhitungan jejak karbon operasional Bank Mandiri terbagi dalam tiga cakupan emisi.
Tiga cakupan tersebut, yaitu fuel atau bahan bakar minyak (BBM), solar genset, pendingin, electricity atau listrik, dan business travel atau perjalanan dinas.
Sebagai bank pelat merah yang berkomitmen menerapkan ESG dalam mengurangi emisi karbon, Bank Mandiri menyatakan siap dan akan mendukung perdagangan karbon lintas batas di ASEAN-Indo Pasifik yang bisa berdampak positif pada perekonomian dan kelestarian lingkungan.